Pages

Nur Ramadhan

Thursday, August 27, 2009 Read Comment


Rindukan rahmat tuhan
Harap belas kasihan
Terungkap kata
Hati bersuara
Rintih luahan insan
Semalam berlalu pergi
Terlalu sepi
Tak dapat di nafi
Hati terus mencari
Damai yang pernah
Singgah pelengkap
Tahun melengkap jauh
Jauh ke sudut kalbu
Tersusur harapan
Menanti ramadhan
Mengharap butir ampun


Terasa begitu cepat detik waktu berlari
dan musim pun berganti
Tak sempat kumerenungi dalam wadah maknawi

Nur Ramadan yang pergi
Aku mengunyah butir debu-debu
Yang garing di kebun tamarMu

Terlalu mudah aku melepaskan Ramadan berlalu ho...o...
Tanpa walau secubit rasa kerinduan berbekas di kalbu

Terasa begitu cepat detik waktu berlari
dan musim pun berganti
Tak sempat kumerenungi dalam wadah maknawi
Nur Ramadan yang pergi


Aku mengunyah butir-butir debu
Yang garing di kebun tamarMu
Terlalu mudah aku melepaskan Ramadan berlalu ho...o...
Tanpa walau secubit rasa kerinduan berbekas di kalbu


Musafir yang damba Ramadan
Menanti dengan getar rindu tertahan
Menyambutnya penuh kesyukuran
Menatang rahmat iman di lembar al Quran


Pernah kutinggalkan kau
Tanpa beralas syukur
Lalu lebur peluang terkubur
Rindu kemudian subur
Pernah ku abai nikmat
Damai yang hadir hinggap
Kini kusingkap tirai dan tingkap
Perbetul tiap silap
kan kupastikan ramadhan
Berlalu dengan makna
Tarbiyah taqwa tersisip
ke tiap inci nyawa
Ku bimbang tiada esok
Untuk ku sambut lagi
Bulan tercinta pendamai jiwa
Limpah rahmat Ilahi

Extended reading : Nota Ringkas : Mengapa Ramadhan Tidak Berkesan?

0 voice (s):

Related Posts with Thumbnails
 

© 2010 the labyrinth of piousBlogger Template by dzignine